Berita

Sektor Manufaktur Andalan Revolusi Industri 4.0

24 September 2018

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mengatakan krisis yang menimpa RI pada 1998 dengan 2018 ini jelas berbeda. Itu karena, kata dia, Indonesia kini merupakan salah satu negara dengan mencatatkan pertumbuhan sektor manufaktur terbesar di dunia.

"Krisis Indonesia 2018 dan 98 itu berbeda. Kita sekarang ini credit ratingnya tinggi, investmentnya tinggi," tutur dia di Aula Badan Kebijakan Fiskal (BKF) di Komplek Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Senin, (24/9/2018).

Airlangga melanjutkan, salah satu industri dengan pertumbuhan investasi RI yang tinggi ialah sektor manufaktur. Menurut dia, sektor ini berpotensi untuk digenjot oleh pemerintah.

"Tahun 90 sektor manufaktur kita itu ranking 19 dan 2016-2017 ini kita ranking 9. Artinya kita jadi salah tiga negara di Asia yang masuk 10 besar manufaktur di dunia. Itu salah satunya dilihat dari sektor food and beverages, yakni makanan dan minuman (mamin)," ujar dia.

Tak hanya industri mamin, sektor manufaktur juga diwakili kontribusinya oleh industri kosmetik. Kata Airlangga, pertumbuhan minat pada industri ini juga tercatat tinggi permintaanya.

"Sektor kosmetik juga, untuk colouring dan skincare itu 25 persen, tertinggi di ASEAN. Jadi makin banyak masyarakat Indonesia yang ingin tampil cantik. Sektor kosmetik pria pun juga double digit," ujar dia.

Oleh karena itu, Airlangga menilai, sektor manufaktur sangat diandalkan dalam mensokong Indonesia memenuhi kebutuhan untuk revolusi industri 4.0 ke depan.

"Jadi kalau kita lihat sektor manufaktur, itu sektor terbesar dibanding sektor lain. Kontribusinya terhadap ekonomi indonesia juga terbesar di sektor manufaktur. Ini merupakan sektor yang jadi andalan dalam perkembangan industri 4.0," kata dia.

Sebelumnya, Pemerintah mengajak diaspora yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia di Korea (Perpika) untuk ikut berkontribusi membangun perekonomian nasional, termasuk upaya pengembangan sektor industri manufaktur.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan Perpika memiliki peranan strategis karena telah mengenyam pendidikan dan pengalaman bidang ilmu pengetahuan dan teknologi selama di Negeri Ginseng tersebut.

"Oleh karena itu, diperlukan sinergi dan kolaborasi yang kuat, terlebih lagi untuk mewujudkan visi dasar pembangunan industri nasional. Tujuannya yaitu memperdalam struktur, meningkatkan daya saing di kancah global, dan berbasis pada inovasi," kata Airlangga, Minggu 9 September 2018.

Dia menjelaskan, Presiden Joko Widodo telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Strategi ini menjadi agenda nasional sebagai sebuah kesiapan dalam mengimplementasikan revolusi industri generasi keempat.

"Pembentukan strategi tersebut guna mendukung kinerja industri nasional di era digital, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang inklusif," jelasnya.

Aspirasi besar dari Making Indonesia 4.0 adalah menjadikan Indonesia dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. Peluang kerja sama antara pemerintah dengan diaspora, misalnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan sumber daya di bidang perindustrian nasional melalui kegiatan riset dan pemanfaatan teknologi terkini.

"Salah satu langkah strategis dalam menerapkan roadmap Making Indonesia 4.0, yakni pembangunan infrastruktur digital dan ekosistem inovasi," imbuhnya.

Salah satu diaspora, Peter mengatakan, dunia memandang Asia akan menjadi pemimpin dalam penerapan teknologi digital. Ikonnya yang sudah muncul antara lain Jepang, China, dan Korea. Namun, patut optimistis bahwa Indonesia bisa mengarah ke Industri 4.0.

"Maka yang terpenting, human investment. Pemerintah perlu lebih banyak mentransformasi desain kurikulum untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) sesuai kebutuhan dunia indutri saat ini. Sebab, Korea sekarang berkembang karena culture of technology yang sudah begitu bagus," paparnya.

Sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/3651402/sektor-manufaktur-andalan-revolusi-industri-40