News

Indonesia Alami Defisit Gas Tahun 2025

01 August 2018

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan tahun 2025 Indonesia akan mengalami defisit gas bumi. Ini karena pasokan yang ada di dalam negeri, tidak bisa lagi menutup konsumsi.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan sudah menghitung mengenai kebutuhan gas Indonesia. Perhitungan itu dituangkan dalam neraca gas periode 2018 tahun 2027. Dalam neraca tersebut ada tiga skenario untuk menghitung kebutuhan gas di Indonesia.

Skenario pertama yakni menghitung permintaan gas berdasarkan realisasi lima tahun terakhir. Namun, itu tidak memasukkan program pemerintah seperti gas rumah tangga dan transportasi.

Kedua, adalah menghitung permintaan dengan mengacu satu tahun sebelumnya dan target pertumbuhan ekonomi. Ketiga, menggunakan asumsi kapasitas maksimal pabrik dan target pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Jika menghitung kebutuhan gas menggunakan skenario kedua dan ketiga, maka secara nasional, akan ada defisit pada tahun 2025. Defisit pada skenario kedua tidak lebih dari 500 MMSCFD. Skenario ketiga lebih dari 500 MMSCFD dan masih di bawah 1000 MMSCFD.

Namun, skenario pertama justru surplus 1.500 MMSCFD. “Kami masih dapat memenuhi kebutuhan domestik hingga 2024, tidak peduli skenario apa yang kami gunakan. Namun, jika menganggap skenario kedua dan ketiga lebih mungkin diterapkan, maka kami mungkin memerlukan pasokan tambahan pada tahun 2025, " kata Arcandra dalam pembukaan Gas Indonesia Summit and Exhibition 2018, Rabu (1/8).

Akan tetapi jika dirinci per daerah, tidak semua mengalami defisit pada tahun 2025. Bahkan ada yang lebih cepat. Di tahun 2018, sudah ada beberapa daerah yang defisit seperti di Jawa Tengah, Sumatera Bagian Tenggara, Sumatera Selatan dan Jawa Barat.

Defisit gas tersebut juga telah diramal oleh Pertamina. Direktur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Heru Setiawan mengatakan pada 2025 akan terjadi defisit gas sebesar 1,7-2,1 miliar kaki kubik (bcf). Namun ini akan terbantu dengan adanya pembentukan induk usaha (holding) minyak dan gas bumi (migas). Karena akan ada ada 9.677 kilometer pipa yang siap mengalirkan gas.

Selama lima tahun ke depan, PGN dan Pertagas bisa memasok 2.627 MMSCFD gas. "Ini menjadi pipa terpanjang se Asia Tenggara," kata dia.

Arcandra tidak membantah pada 2025 memang akan membutuhkan tambahan gas. Namun, itu tidak serta merta dipenuhi dari impor. Kekurangan itu bisa diperoleh dari dalam negeri. Salah satunya melalui percepatan proyek East Natuna atau menambah cadangan baru.

Di tempat yang sama Kepala SKK Amien Sunaryadi mengatakan ke depan semakin banyak proyek gas yang akan beroperasi di Indonesia. Namun permasalahannya lokasi gas tersebut jauh dari konsumen. Jadi industri dalam negeri tidak bisa memanfaatkan pasokan gas.

Contohnya adalah industri petrokimia yang masih siginifikan mengimpor untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Padahal seharusnya gas dalam negeri bisa dimanfaatkan untuk industri sebagai bahan baku.

Tantangan lainnya adalah ketimpangan ketersediaan gas. Di Kalimantan yang kebutuhannya hanya 908 mmscfd, tapi pasokannya mencapai 1.940 mmscfd. Namun di Sulawesi pasokannya hanya 530 mmscfd, sementara kebutuhan gasnya mencapai 597 mmscfd.

Ia pun mendorong industri agar semakin masif membangun industri petrokimia di dekat sumber gas. Dengan demikian harga gas mejadi lebih efisien. “Ini perlu komunikasi antara anchor buyer dengan sektor lain," kata dia.

Sumber: https://katadata.co.id/berita/2018/08/01/indonesia-alami-defisit-gas-tahun-2025